Menjaga hafalan itu lebih susah dibandingkan menambah hafalan baru.
Mengikat ilmu, lebih susah dibandingkan menuntut ilmu.
Menjaga hafalan dengan murajaah
Mengikat ilmu dengan mengamalkan ilmu yang sudah didapat
Sudah pernah mendapatkan petuah ataupun nasehat yang isinya mirip-mirip dengan tulisan di atas? Ya, memang sekilas itu hal yang remeh temeh, namun memang lebih berat untuk menjaga hafalan dibandingkan dengan menambah hafalan baru.
Nah, kalau seperti saya, anak ada 4; 3 anak capaian hafalannya berbeda-beda (otomatis target murajaahnya pun berbeda-beda) dan 1 anak sedang dalam masa golden age nya (golden age adalah sebuah waktu yang tidak akan terulang, maka sangattt bagus sekali untuk dilakukan talaqqi setiap saat).
Namun, keseharian bukan hanya tentang murajaah dan menambah hafalan saja, tapi juga ada belajar pelajaran umum yang didapat dari lingkungan sekitar termasuk sekolah, keterampilan sosial, bahasa, kemandirian dan juga leadership.
Itulah sedikit curcolan saya sebagai pemangku amanah di rumah tangga ini (itu baru bahas tentang amanah mendidik anak ya, belum mengurus rumah hehe)
Solusi untuk meringankan semua tugas, salah satunya adalah dengan membuat skala prioritas. Skala prioritas bila hanya di angan-angan saja, maka sulit untuk terukur. Itulah kenapa meskipun saya (hanya) di rumah, tetap perlu banyak buku catatan dan bolpoin-bolpoin (meskipun sudah era digital).
Dulu, saya pernah bertransformasi ke digital, semuanya saya tuliskan di catatan bentuk digital, toh ada aplikasi yang sangat memudahkan. Namun, harapan tak seindah kenyataan, begitu buka gadget mau nulis rencana harian, yang terjadi adalah, “Bentar ah mau cek WA dulu, bentar mau baca berita dulu, bentar mau cuci mata dulu lihat barang-barang unyu” wkwkwk dan “bentar” 5 menit, dikalikan beberapa kali bentar, ternyata menyita waktu yang banyak juga. Bentarnya dikumpulin bisa jadi 30 menit 🤣 kemudian kejadian nyata, yang di laptop kena virus, format ulang, segala data hilang. Yang di handphone juga begitu, handphone rusak, hilang rekam jejaknya (ada yang bilang bisa ditrace di google drive asal dibackup) nah saya adalah seorang emak yang anti ribet, sebab pekerjaan dan amanah sudah menunggu setinggi gunung uhud (asli lebay ini wkwkw)
Jadilah berikutnya saya beralih menggunakan buku catatan lagi… ada buku kas (sebagai menteri keuangan), ada buku catatan (sebagai penuntut ilmu), ada buku laporan harian anak (al ummu madrasatul ula), ada juga buku diary (sebagai manusia biasa😁 ) dll.. dll..
Yang terbaru, baru beli pekan lalu, adalah buku bercover “home sweet home” hihi beli di toko stationery dekat rumah, buku bergaris ukuran F4 hard cover (yang mau tau alamat stationery dekat rumah boleh japri xixixi). Nah, buku ini saya pakai untuk nulis laporan harian rumah (apa aja yang mesti dtulis). Harap maklum, karena seiring dengan bertambahnya usia dan amanah, saya semakin merasa perlu mencatat segala hal, biar tidak lupa (termasuk segala username dan password 😂 ).
Maka bergembira rialah saya dengan kehadiran buku agenda ini, berasa komplit, lengkap dan melengkapi (lengkap karena poin-poin yang biasa saya butuhkan ada di buku agenda ini. melengkapi, karena eh ada item lain yang belum ada di buku daily report saya, ternyata ada di buku agenda ini).
Buku agenda harian, bulanan, dalam satu tahun, bundling jadi satu dengan tebal sekitar 180 halaman (full colour). Berminat memiliki buku agenda ini?
Saya ingin menebar virus muslim produktif, dengan memetakan rencana kegiatan dan target-target ke dalam buku agenda tersebut.
Menjadi seorang muslim produktif berarti dapat melakukan urusan dunia dan akhirat dengan adil, sesuai porsiNya. Di dalam Alquran surat Al-Qasas ayat 77, bahwa kita harus fokus kepada kehidupan akhirat, namun dengan tidak meninggalkan urusan dunia.