Judul Buku: Bilik-bilik Cinta Muhammad
Penulis: Dr. Nizar Abazhah
Penerbit: Serambi
Tahun Terbit: Cetakan ke 5, Juli 2020
Tebal: 330 hal
Resensator: faridahanim.com
Sesaat menarik diri dari riuh rendah sibuknya rutinitas harian dan bergumul dengan bacaan adalah satu cara termudah untuk mengenyahkan stress. Buku ini terpilih tanpa sengaja setelah satu teman menanyakan tentang buku ini. Bilik-Bilik Cinta, frasa dalam judul buku ini sebenarnya topik yang sangat saya hindari, mengingat di rumah ada anak-anak yang usianya belum mencapai belasan namun kecepatan membaca dan “rakus”nya melahap semua buku di rumah membuat saya agak khawatir bila harus menyimpan buku dengan tema roman di rumah, takut terbaca anak-anak yang belum cukup umur. Namun, kali ini entah kenapa saya ingin sesekali membaca buku dengan tema yang berbeda dari bacaan saya biasanya, toh nanti juga bisa saya simpan di tempat tinggi yang tak terjangkau oleh tubuh mungil si kecil.
Kali ini, kata pengantar saya skip, karena saya melihat layout buku ini mirip sebuah novel, maka saya berharap tidak perlu tau dulu gambaran besar buku ini dari kata pengantar dan saya langsung menuju ke halaman awal cerita.
Alur di dalam buku ini menggunakan alur maju mundur, dimana pembaca diajak untuk melihat Nabi Muhammad pada saat masih kecil dan perjuangan sang ibu yang sangat menyayangi putra yatimnya. Semuanya diceritakan runut dengan pilihan bahasa sastra yang indah. Namun di sub judul lain saat menceritakan Nabi Muhammad bersama istrinya, Aisyah, pembaca diajak kembali di masa awal perjuangan Nabi bersama Abu Bakr, ayah Aisyah. Sastra yang dipakai dalam buku ini indah namun sederhana, tidak berlebihan. Kesederhanaan pilihan bahasa ini membuat pembaca tidak kelelahan mengecap dan mencerna setiap kalimat yang ditorehkan. Oya, saya hampir tidak menyadari kalau buku ini ternyata adalah sebuah buku terjemahan saking indahnya rangkaian kalimat yang dituliskan.
Cerita yang disajikan penulis, lebih mirip novel dibandingkan buku sejarah pada umumnya. Saya rasa, buku ini cocok direkomendasikan untuk teman-teman yang mau belajar sejarah dengan cara ringan dan menyenangkan. Sayangnya, tidak dicantumkan daftar pustaka yang dijadikan referensi dalam buku sejarah ini, meski dalam banyak halaman terdapat footnote hadits saat terjadi dialog, sehingga ada sedikit tanya dalam hati, tentang gambaran perasaan Rasulullah, tentang percakapan Rasulullah dan istri-istrinya yang diceritakan detail lengkap dengan dialog, apakah benar seperti itu adanya ataukah itu merupakan hasil tafsiran penulis terhadap beberapa hadits? walahu’alam. Namun, lepas dari itu semua, sungguh torehan karya Nizar Abazhah ini sangat layak untuk diapresiasi, terbukti buku ini menjadi best seller di kota aslinya, Damaskus, dan juga nasional best seller di Indonesia versi terjemahannya.
Tidak hanya menikmati cerita keseharian Nabi Muhammad, pembaca benar-benar dimanjakan dengan ratusan gambaran akhlak Nabi yang mulia, tauladan yang tiada duanya. Untuk para wanita muslimah, buku ini bisa menjadi gambaran bagaimana kehidupan rumah tangga nantinya, ada gambaran bagaimana sebaiknya seorang istri dalam berinteraksi dengan suami; saat suami sedih, marah, ataupun saat suami sedang berlapang dada. Tanpa ada nuansa menggurui, tersampaikan adab-adab seorang istri kepada suami, diantaranya, jangan berbangga diri melampaui batas meskipun suami sangat memuliakan istri, dan jangan pernah berhenti belajar untuk mengendalikan lisan terutama kepada suami, serta masih banyak lagi tauladan adab yang lainnya.
Untuk laki-laki, buku ini bisa menjadi sebuah pelajaran, bagaimana fitrah seorang wanita; ngomelnya, cemburunya, manjanya, fitnahnya, namun wanita pula yang menguatkan seorang pria. Terbukti dari kisah Nabi Muhammad sepeninggal Khadijah, yang menjadikan diri seorang Nabi Muhammad bersedih dan pecah tangis tanpa terasa. Bahkan digambarkan, sebuah tiang paling kokoh dalam hidupnya tumbang sudah. Sedemikian penting kedudukan Khadijah binti Khuwailid dalam diri seorang Nabi Muhammad. Gambaran masalah-masalah klasik rumah tangga Nabi dengan beberapa istrinya juga disajikan, detail namun tidak sampai ke ranah pribadi. Dari sini kita bisa belajar, bahwa ada adab rumah tangga disana, mana yang bisa dijadikan pelajaran, mana yang harus disimpan rapat-rapat. Semuanya terangkai dalam bahasa cerita yang menyentuh dan menggugah iman.
Menghargai nikmat sekecil apapun tanpa pernah mencaci. Tak pernah marah menyangkut urusan dunia
Bukan rumah bebas dari masalah, melainkan keluarga yang berhasil menyelesaikannya dengan indah. Bukan dengan kemewahan harta, melainkan dengan keluhuran akhlak, keagungan cinta, dan kedalaman iman.
Shalawat dan salam semoga abadi mengalir kepada beliau, segenap keluarga dan sahabat beliau. Segala puji milik Allah, tuhan semesta alam.