Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncak Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut. Masa kecil dulu, tahun 1997 pernah lamat-lamat teringat Semeru meletus dan Mojokerto kebagian hujan abunya. Saat itu suasana seperti mendung sepanjang hari, bukan mendung tertutup awan, akan tetapi mendung tertutup abu letusan Semeru. Semua orang hanya bisa beraktivitas di dalam rumah, karena begitu keluar rumah sudah disambut hujan abu yang lumayan pekat meskipun jarak antara Mojokerto dan lokasi Gunung Semeru di Lumajang cukup jauh. Teringat waktu itu pagi sekitar pukul 6 saat memetik sayur kecipir di halaman rumah, mata pedih kena hujan abu dan akhirnya saya berlari masuk ke dalam rumah.
Hari ini, 1 Desember 2020, saya membaca berita di jejaring sosial media E100 bahwa Semeru kembali menunjukkan peningkatan aktivitas. Berikut tangkapan layar atas berita tersebut.
Jadi teringat tahun 2010 yang lalu saat Gunung Bromo meletus, hujan abu sampai juga di Surabaya, lumayan pedih di mata dan engap. Selama beberapa hari tidak bisa menjemur pakaian (karena nanti jadi kotor kena abu), dan tentunya wajib mengurangi aktivitas di luar untuk kesehatan mata dan pernafasan (abunya kalau dirasakan pakai tangan agak kasar seperti tercampur pasir).
Secara lokasi, gunung Bromo dan gunung Semeru berdekatan, keduanya terletak di perbatasan kota Malang dan Lumajang, Jawa Timur. Semoga saja letusan gunung Semeru masih dalam radius aman dan tidak menimbukan korban jiwa. Dan untuk kita yang berada di Jawa Timur, terutama yang letaknya lumayan dekat dengan lokasi Semeru, yuk siapkan maskernya sekarang (pasti sudah siap ya, karena masih masa pandemi).